Banjir
A. LATAR BELAKANG
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia.Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk Indonesia :
• Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
• Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor
• Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
• Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
• Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
• Kiriman atau bencana banjir bandang.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
Bencana banjir sebenarnya dapat kita hindari, yaitu dengan menghindari hal-hal diatas. Sehingga tidak akan terjadi peristiwa seperti situ gintung ataupun bajir bandang yang sering terjadi di indonesia. seperti sebuah kata bijak “Manusia adalah bagian dari alam, jika kita menyakiti alam maka kita juga akan menyakiti manusia”.
B. Banjir mempunyai banyak penyebab
Tapi secara umum, Dr. Peter Karl Bart Assa, ST., MSc, Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, menyebutkan tiga factor penyebab banjir secara yaitu:
Faktor Alamiah
Dr. Peter Karl Bart Assa, ST., MSc, Staf Pengajar Fakultas Teknik Unsrat Manado
•Hampir semua literatur yang menulis tentang banjir, mengemukakan bahwa banjir disebabkan oleh bermacam-macam faktor, baik alamiah maupun akibat perbuatan manusia. Dikatakan alamiah bilamana sumber penyebab antara lain adalah intensitas curah hujan yang sangat tinggi berlangsung, sebagai bagian dari siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah suatu siklus yang diawali dengan menguapnya air dari lautan menuju atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Air itu, kemudian sebagiannya melimpasi permukaan dan sebagian lainnya diserap oleh tanah untuk beberapa waktu yang pada akhirnya mengalir masuk ke laut. Meskipun siklus hidrologi adalah suatu fenomena yang konstan, tetapi tidak selalu akan terjadi di tempat yang sama, dari tahun demi tahun. Jika terjadi secara konsisten di semua tempat, maka tidak akan pernah terjadi banjir dan kekeringan akibat siklus ini. Dengan demikian, di beberapa tempat mengalami curah hujan di atas rata-rata, sementara di tempat lain justru terjadi kekeringan.
•Dengan temuan dan penelitian terbaru dalam bidang klimatologi, yang menyatakan perubahan iklim akibat pemanasan bumi sementara berlangsung, menyebabkan lamanya waktu siklus hidrologi dan di mana tempat kejadiannya menjadi semakin tidak menentu. Sehingga musim hujan dan kemarau di Indonesia menjadi sulit ditebak kapan datangnya. Kadang-kadang, banjir juga dapat terjadi sebagai akibat dari kombinasi unik faktor-faktor yang tidak secara langsung melibatkan siklus hidrologi. Misalnya, wilayah pesisir dataran rendah akan mudah ditimpa banjir pada setiap kali air laut pasang, atau karena terjadi badai maupun tsunami.
Faktor Masyarakat
•Dari penjelasan faktor penyebab alamiah di atas, memberi pengertian bahwa sebetulnya banjir alamiah, meskipun kadangkala muncul sebagai bencana merupakan suatu fenomena alam biasa. Tetapi bilamana kejadiannya berulang secara terus menerus, dengan waktu antara satu kejadian dengan kejadian berikutnya lebih pendek dari waktu dalam siklus atau periode ulangnya, sebagaimana apa yang terjadi di kota Manado, maka hal itu sudah merupakan kejadian luar biasa yang memerlukan perhatian serius.
•Data mengungkap bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun sedikitnya telah terjadi 3(tiga) kali banjir yang menyebabkan kerugian besar di kota Manado, yaitu pada tahun 1996, 2000 dan 2005 (Nanlohy et.al, 2008). Bahkan tahun inipun banjir kembali menerpa kota. Hal ini berarti, bahwa telah terjadi sesuatu yang menyimpang terhadap perilaku banjir di kota Manado, yang bukan lagi diakibatkan oleh faktor alamiah semata, tetapi besar kemungkinan dipengaruhi oleh faktor masyarakat.
•Masyarakat adalah bagian dari lingkungan itu sendiri, sehingga segala proses yang terjadi di alam, walaupun tidak pada semua kejadian, tidak lepas dari peran masyarakat di dalamnya. Dalam soal banjir, meskipun masyarakat kota sendiri yang menjadi korban, masih banyak yang belum sepenuhnya menyadari bahwa karena peran mereka jugalah yang menyebabkan seringnya banjir terjadi di kota Manado.
•Beberapa hal berikut merupakan contoh. Keberadaan hunian sebagian masyarakat yang masih menempati daerah sempadan sungai, dan tindakan melebarkan halaman ke arah badan sungai sehingga mempersempit daerah penguasaan sungai. Sementara itu, disadari benar pula bahwa vegetasi sangat membantu untuk menahan curah hujan langsung jatuh ke tanah, namun praktek-praktek penggunaan lahan yang melanggar aturan seperti kegiatan dalam usaha pertanian, peternakan, dan penebangan hutan tanpa ijin dan terkontrol telah menghambat proses tersebut. Tanpa pertumbuhan alami vegetasi untuk menahan hujan dan limpasan airnya, sama artinya memaksa tanah menyerap kelembaban secara berlebihan, sehingga ketika batas penyerapan cepat tercapai dan hujan belum berhenti maka banjir akan terjadi. Bilamana keadaan tersebut terjadi di daerah hulu, maka yang menerima akibat terbesar dari kejadian banjir adalah daerah di bagian hilir. Banjir ini sering disebut sebagai banjir bandang, bila waktu datangnya terjadi secara cepat, atau banjir kiriman. Demikian juga, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka perluasan lahan permukiman menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi, namun sebaliknya bila hal ini dilakukan secara tidak bertanggung jawab atau melanggar ketentuan tata ruang maka dapat memperparah efek banjir.
•Faktor penyebab lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah “bad habits” atau kebiasaan buruk masyarakat dalam membuang sampah di air yang mengalir, saluran air, sungai dan badan air lainnya. Kejadian yang paling sering terjadi, yang boleh dikatakan sudah di luar batas perilaku rasional, adalah kebiasaan untuk tidak mengumpulkan sampah dari warga kota yang tinggal di tepi sungai, bahkan dengan sadar langsung membuangnya ke sungai meskipun petugas sampah secara rutin datang mengangkut sampah sampai di depan rumah penduduk. Perilaku ini bahkan dilakukan tidak saja oleh lapisan masyarakat tertentu, tetapi juga oleh kalangan terpelajar, kalangan yang seharusnya memberi contoh dan teladan. Faktor penyebab seperti ini dalam pengalaman sulit direduksi karena sudah membudaya. Oleh karena itu upaya penyuluhan yang tidak kenal putus asa harus tetap dilakukan berbagai pihak, disamping perlunya penerapan penegakkan hukum yang lebih tegas.
Faktor Mismanagement
•Maksud kata mismanagement di sini adalah careless or inefficient management, yaitu kurang tanggap atau ketidaktepatan, dan kurang efisiennya pengelolaan sistem pengendalian banjir yang ada. Ketidaktepatan pengelolaan berkaitan erat dengan mekanisme pengambilan keputusan di dalam menetapkan anggaran pembangunan. Sebagai contoh banyak hasil perencaaan sistem pengendali banjir oleh konsultan tidak dapat dikerjakan. Alasan yang sering dikemukakan oleh pihak pemberi kerja adalah karena keterbatasan dana.
•Kalau pun hasil perencanaan tersebut dikerjakan, proses perencanaannya terkesan terpimpin. Artinya merencanakan berdasarkan arahan direksi, bukan berdasarkan ide perencana. Sehingga tidak heran banyak bangunan yang mubasir bahkan turut menyumbang semakin parahnya kejadian banjir. Selanjutnya, kurang efisiennya pelaksanaan pengelolaan banjir sebagaimana dimaksud di atas antara lain dapat dilihat dari masih parsialnya penerapan sistem untuk memecahkan masalah banjir sungai. Sebagai contoh penanggulangan masalah banjir sungai Tondano, yang sebaiknya dilakukan dengan mekanisme ORPIM atau One River, One Plan, and One Integrated Management.
•Pada prakteknya masih dilaksanakan secara terpisah atau parsial oleh masing-masing pemangku kepentingan di setiap daerah yang dilalui sungai tersebut. Akibatnya sering terjadi di sana sini, disepanjang wilayah sungai, suatu diskonstruksi bangunan pengendali banjir, di mana bangunannya saja yang kelihatan megah tetapi pada saat banjir bandang datang bangunan tersebut justru menjadi penyebab kerusakan yang lebih besar, bahkan bangunan itu sendiri menjadi rusak. Akhirnya, dana besar yang telah dikeluarkan pun menjadi menjadi sia-sia.
Berikut adalah penyelesaian masalah
A.Preventive
• Tidak membuang sampah sembarangan
• Menimbulkan kesadaran peduli lingkungan
B.Curatif
• Membuat saluran air
C.Rehabilitatif
• Menanam pohon
• Memperbanyak daerah resapan air
D.Promotif
• Menghimbau warga masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan,khususnya sungai dan selokan
• Membangun fasilitas tempat pembuangan sampah di sekitar sungai
• Menyediakan tempat penampungan air seperti selokan sehingga air dapat mengalir
Mari selamatkan bumi kita
Langganan:
Postingan (Atom)